Kamis, 31 Juli 2014

Cerpen Bahasa Indonesia

Kasih Tak Terbatas


Ada sebuah peristiwa yang terjadi pada sebuah desa kecil, di desa itu ada seorang ayah yang sangat mengasihi putranya. Mereka hanya hidup berdua semenjak ibu dari anak tersebut meninggal, sang ayah menggantikan semua peran sang ibu, mulai dari memasak, mencuci, hingga membereskan rumah.
Suatu ketika sang ayah pergi ke kota besar, setelah kembali ke rumah dirinya berubah total dari sebelumnya. Semula ayah ini sangat mengasihi putranya, tak peduli seberapa larut pun anaknya pulang ke rumah, dia akan menunggu untuk membuatkan makanan enak dan diantarkan ke hadapan anaknya.
Akan tetapi sejak pulang dari kota besar, sang ayah berubah dan tidak mau lagi mengurus anaknya, biar pun anaknya pulang sangat larut malam, sang ayah tidak pernah mengindahkannya, bahkan tidak pernah lagi memasak untuknya. Ketika sang anak merasa lapar dan memberitahukan pada sang ayah, dia hanya menjawab dengan nada dingin: “Kamu sudah besar, apakah masih belum bisa masak sendiri?”
Dari itu, sang anak berpikir bahwa sang ayah tidak sayang lagi padanya, lalu timbul perasaan tidak senang dan benci pada sang ayah, dia mulai mencuci pakaian sendiri, menata kamar sendiri, saat lapar memasak sendiri, semua urusan harus dikerjakan sendiri, sebab biar pun dirinya merasa lelah, haus, lapar atau mengantuk, sang ayah tidak pernah memperdulikannya. Dalam hati dia beranggapan kalau sang ayah sudah tiada.
Tak seberapa lama kemudian, sang ayah pun meninggal dunia, selama selang waktu ini, sang anak sudah jauh hubungannya dengan sang ayah, bahkan bersikap dingin dan seakan bermusuhan, sehingga kematian ayahnya pun tidak membawa dampak kesedihan sama sekali pada dirinya.
Selanjutnya sang anak hidup dengan neneknya, walaupun neneknya sudah tua namun sang nenek peduli padanya, setidaknya saat dia pulang larut malam sang nenek masih ingat untuk menyisakan nasi dan lauk untuknya.
Sang anak belajar dengan keras dan akhirnya berhasil dalam ujian masuk perguruan tinggi. Akan tetapi dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tidak baik, maka dia tidak ada dana untuk membayar uang kuliah, ketika sedang diliputi kecemasan, neneknya menyerahkan sebuah kotak kecil kepadanya dan memberitahukan kalau sebelum ayahnya meninggal dunia ada berpesan agar pada saat menemui kondisi paling sulit, baru boleh menyerahkan kotak ini kepadanya.
Sang anak menerima kotak ini dari neneknya, ketika dibuka ternyata di dalamnya ada setumpuk uang dengan selembar surat di sampingnya.
Dalam surat tersebut tertulis pesan ayahnya:
“Anakku, kali itu ketika ayah pergi ke kota, sebetulnya ayah pergi memeriksakan kesehatan tubuh, setelah dilakukan pemeriksaan, barulah ayah tahu kalau ayah terkena kanker dan sudah stadium akhir, saat itu ayah hampir-hampir tidak bisa berdiri lagi. Ayah bukan khawatir akan diri ayah, akan tetapi ayah khawatir akan dirimu. Ayah berpikir jika ayah sudah tiada, bagaimana dengan dirimu nanti? Kamu masih kecil, bagaimana kamu bisa melanjutkan hidup? Bagaimana menghadapi masa depanmu?
Dari itu, sepulangnya ayah ke rumah, ayah bersikap dingin kepadamu dan ingin kamu mengerjakan sendiri semuanya, juga tidak peduli lagi padamu agar kamu membenci ayah, dengan demikian sesudah ayah sudah tidak ada di dunia ini lagi nanti, kamu tidak akan diliputi dengan kesedihan.
Anakku, walau ayah tidak pernah bertanya padamu, namun di dalam hati ayah sebetulnya tetap mengkhawatirkan dirimu, setiap kali kamu pulang larut malam, walau ayah tidak membuka pintu untuk melihat dirimu, namun ayah tetap menunggumu pulang.
Ketika kamu pulang dengan tubuh lelah dan perut lapar, ayah membiarkanmu masak sendiri, sebab ayah berharap sesudah ayah tiada nanti, kamu bisa menjaga diri. Dulu setelah ibumu tiada ayah mengerjakan semuanya untukmu, namun sesudah ayah tiada nanti, siapa lagi yang akan menjagamu? Segala sesuatu di kemudian hari harus bergantung pada dirimu sendiri.
Dalam kotak ini ada uang 5000 dolar yang dulu ayah dan ibumu kumpulkan bersama, sebetulnya uang ini hendak ayah gunakan untuk berobat, namun ayah tidak rela menggunakannya, ayah tinggalkan untukmu dengan harapan ketika nanti kamu masuk perguruan tinggi dan membutuhkan uang, kamu dapat menggunakannya. Sekarang, ayah meminta bantuan nenek untuk menyampaikannya kepadamu.”
air mata segera mengaburkan mata sang anak, dia baru menyadari bahwa sang ayah sungguh mengasihinya. Ketika sang ayah harus menahan perhatian dan kasih dalam hatinya kepada anaknya, dan harus berusaha keras untuk memperlihatkan wajah dingin kepada anaknya, betapa menderitanya perasaan sang ayah ketika itu, namun demi perkembangan anak yang lebih baik dan kehidupan anak yang lebih berbahagia di masa mendatang, sang ayah rela menerima segala kesedihan, bahkan tidak menyesal untuk membiarkan sang anak salah paham terhadapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar